untuk seseorang yang berjalan kaki dengan raut wajah yang muram
untuk seseorang yang tanpa senyum berbalut tatap tajam
untuk seseorang yang berkendara dengan kuda besi hitamnya
untuk seseorang yang sudah membuatku memelingkan dunia ku
terbanglah . . .
saat kau lelah
tataplah langit yang slalu megharapkan kau bangkit
berbaringlah dalam kelembutan awan yang semu
lawanlah dunia
yang selalu angkuh untuk kau peluk
hantamlah derasnya hegemoni yang membuat mati anak-anak kita
untuk seseornag yang tak pernah melihatku
untuk seseorang yang tegak berdiri dengan kukuh
untuk seseorang yang mencitai Tuhannya dengan hati
ajari aku bagaimana kau hidup dalam kesederhanaan
ajari aku bagaimana mencintai Tuhan dengan cara sederhana
ajari aku bagaimana menghormati hamba Tuhan dengan laku syahadatmu
dan bicaralah kepada anak-anak mu
bahwa aku pernah belajar dari mu
Saturday, 29 January 2011
Gaji SBY dan Sprei Butut Khalifah
Di tengah impitan ekonomi dan berbagai masalah korupsi mafia hukum di Indonesia, pemimpin masih saja ada yang mengeluhkan soal kenaikan gaji. Padahal bila bercermin dari sejumlah kisah para sahabat Nabi Muhammad Saw yang menjadi khalifah, banyak hikmah yang bisa diambil oleh pemimpin di Indonesia.
Khalifah Abu Bakar ra
Khalifah pertama,
Abu Bakar ra, baru saja diangkat menjadi khalifah. Keesokan harinya Abu Bakar tetap berdagang ke pasar. Umar bin Khattab yang melihatnya tentu heran dan mengingatkan Abu Bakar kalau ia sekarang sudah menjadi pemimpin negara.
Abu Bakar menjawab, dia tetap harus bekerja untuk mempertahankan hidup keluarganya. Mendengar jawaban itu, barulah Umar dan sahabat lainnya berembuk untuk menggaji Abu Bakar. Hingga akhir hayatnya, Abu Bakar meninggalkan harta satu sprei tua dan seekor unta yang merupakan kekayaan negara. Unta itu pun dikembalikan ke kas negara dan digunakan oleh penggantinya, Umar.
Di lain waktu, ada kisah lagi tentang istri Abu Bakar yang ingin membeli sedikit manisan. Namun Abu Bakar mengatakan dirinya tidak punya uang yang cukup untuk membeli manisan. Pasangan ini pun sepakat untuk menghemat uang belanja mereka untuk ditabung membeli manisan.
Setelah beberapa hari menabung, terkumpullah uang untuk manisan tersebut. Istri Abu Bakar menyerahkan uang itu ke suaminya untuk dibelikan manisan. Alih-alih membeli manisan, Abu Bakar malah berkata ke istrinya, kalau ternyata harta mereka masih berlebih hingga sanggup membeli manisan. Abu Bakar dan istrinya tak jadi membeli manisan, mereka menyerahkan uang dari tabungan itu ke Baitul Mal.
Khalifah Umar bin Khattab
Ketika Umar sudah berkuasa beberapa waktu, Ali bin Abu Thalib dan sejumlah sahabat sepakat untuk menaikkan gaji Umar yang sudah menjadi khalifah. Namun, mereka enggan menyampaikan langsung ke Umar karena sungkan dan takut Umar marah. Akhirnya, Ali dan para sahabat menemui putri Umar, Hafsah, memintanya untuk memberitahukan ke ayahnya.
Hafsah setuju. Namun usulan naik gaji itu ditolak mentah-mentah oleh Umar. Umar dengan marah meminta Hafsah untuk memberitahu siapa yang mengusulkan dia menerima kenaikan gaji. Ia ingin memberi pelajaran kepada pengusul kenaikan gaji itu.
Umar kemudian meminta Hafsah menceritakan bagaimana Nabi Muhammad Saw sewaktu menjadi khalifah. Kata Hafsah, Rasulullah hanya mempunyai dua pasang baju, selembar kain kasar untuk alas tidur, makan roti dengan tepung kasar yang dicampur garam.
Umar berkata pada Hafsah, bahwa Rasulullah dan Abu Bakar ra telah memberi contoh bagaimana hidup sederhana seorang khalifah. Maka Umar akan mengikuti contoh kedua tokoh tersebut.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Khalifah Umar bin Abdul Aziz terkaget-kaget ketika ia mendapat sepotong roti hangat dan harum dari istrinya. Kontan saja Umar bertanya, dari mana asal roti lezat itu. Istrinya menjawab kalau roti itu dibuat dari upayanya menyisihkan uang belanja.
Umar lantas meminta Baitul Mal memotong gajinya setara dengan biaya pembuatan roti itu. Umar mengatakan pada istrinya, kalau ia akan mengganti harga roti itu karena ia merasa telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi.
sumber dari harian umum joglo semar oleh n Tri Hatmodjo
dengan alamat :
http://harianjoglosemar.com/berita/gaji-sby-dan-sprei-butut-khalifah-34577.html
Khalifah Abu Bakar ra
Khalifah pertama,
Abu Bakar ra, baru saja diangkat menjadi khalifah. Keesokan harinya Abu Bakar tetap berdagang ke pasar. Umar bin Khattab yang melihatnya tentu heran dan mengingatkan Abu Bakar kalau ia sekarang sudah menjadi pemimpin negara.
Abu Bakar menjawab, dia tetap harus bekerja untuk mempertahankan hidup keluarganya. Mendengar jawaban itu, barulah Umar dan sahabat lainnya berembuk untuk menggaji Abu Bakar. Hingga akhir hayatnya, Abu Bakar meninggalkan harta satu sprei tua dan seekor unta yang merupakan kekayaan negara. Unta itu pun dikembalikan ke kas negara dan digunakan oleh penggantinya, Umar.
Di lain waktu, ada kisah lagi tentang istri Abu Bakar yang ingin membeli sedikit manisan. Namun Abu Bakar mengatakan dirinya tidak punya uang yang cukup untuk membeli manisan. Pasangan ini pun sepakat untuk menghemat uang belanja mereka untuk ditabung membeli manisan.
Setelah beberapa hari menabung, terkumpullah uang untuk manisan tersebut. Istri Abu Bakar menyerahkan uang itu ke suaminya untuk dibelikan manisan. Alih-alih membeli manisan, Abu Bakar malah berkata ke istrinya, kalau ternyata harta mereka masih berlebih hingga sanggup membeli manisan. Abu Bakar dan istrinya tak jadi membeli manisan, mereka menyerahkan uang dari tabungan itu ke Baitul Mal.
Khalifah Umar bin Khattab
Ketika Umar sudah berkuasa beberapa waktu, Ali bin Abu Thalib dan sejumlah sahabat sepakat untuk menaikkan gaji Umar yang sudah menjadi khalifah. Namun, mereka enggan menyampaikan langsung ke Umar karena sungkan dan takut Umar marah. Akhirnya, Ali dan para sahabat menemui putri Umar, Hafsah, memintanya untuk memberitahukan ke ayahnya.
Hafsah setuju. Namun usulan naik gaji itu ditolak mentah-mentah oleh Umar. Umar dengan marah meminta Hafsah untuk memberitahu siapa yang mengusulkan dia menerima kenaikan gaji. Ia ingin memberi pelajaran kepada pengusul kenaikan gaji itu.
Umar kemudian meminta Hafsah menceritakan bagaimana Nabi Muhammad Saw sewaktu menjadi khalifah. Kata Hafsah, Rasulullah hanya mempunyai dua pasang baju, selembar kain kasar untuk alas tidur, makan roti dengan tepung kasar yang dicampur garam.
Umar berkata pada Hafsah, bahwa Rasulullah dan Abu Bakar ra telah memberi contoh bagaimana hidup sederhana seorang khalifah. Maka Umar akan mengikuti contoh kedua tokoh tersebut.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Khalifah Umar bin Abdul Aziz terkaget-kaget ketika ia mendapat sepotong roti hangat dan harum dari istrinya. Kontan saja Umar bertanya, dari mana asal roti lezat itu. Istrinya menjawab kalau roti itu dibuat dari upayanya menyisihkan uang belanja.
Umar lantas meminta Baitul Mal memotong gajinya setara dengan biaya pembuatan roti itu. Umar mengatakan pada istrinya, kalau ia akan mengganti harga roti itu karena ia merasa telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi.
sumber dari harian umum joglo semar oleh n Tri Hatmodjo
dengan alamat :
http://harianjoglosemar.com/berita/gaji-sby-dan-sprei-butut-khalifah-34577.html
aku dan kucing
kucing...seekor hewan berkaki 4 (empat) dengan mata tajam, bulu yang lumayan...
dan nafsu makan yang tak terkendali jika lapar...
sering jalan di pagar-pagar rumah, diatas genteng, lari saat bertemu dengan tikus got yang kekar luar binasa, pup disembarang tempat dan jika musim produksi si betina akan meraung-raung ndak jelas...
dan sebagaian kawan berkata :
"hiiiii lucunya........ ^^ kucing siapa ini ?? "
gubrak !
wadooo??
lucu dari mananya???
ok...setiap orang mempuyai persepsinya sendiri-sndiri...dan itu pribad serta privasi....
tapi setiap akibat pastilah ada sebab...
jauh sebelum ini terbit dan kawan-kawan lahir....
saya dan kucing berteman sangat akrab sekali
seperti Tom dan Jerry pada film kartuoon anak-anak...
yaaa...kami seperti saudara...
jalan bersama, lari bersama, manjat genteng bersama, tapi tidak untuk urusan makan dan mandi
apa lagi tidur......
;p
sampai pada suatu saat, salah seorang kawan bernama Ricky N memberi bayi kutilang....
dalam hati bergumam "ya ampun....lucu banget ni kutil......"
hek..
setelah memberi si bayi, dia pun berkata
"heh...klo kamu bisa ngarawat ini sampe besar, berarti kami jodoh ma burung, keren berarti"
sedikit bingung juga....
cuma
aku kan punya kasih sayang yang besar terhadap alam...
ah g jadi soal
heeeheeee
dengan modal kurungan burung pinjaman, kita berangkat ke medan perang...merawat bayi burung kutilang
hari berganti hari
minggu berganti monggu dan bulan berganti bulaaaaan
ku rawat dengan penuh perhatian dan kasih sayang di bayi....
bulu mulai keluar dari tiap kulit-kulit kecilnya...
sayapnya mulai mengepak terbang dalam sangkar yang lumayan luas untuk seukuran anak burung....
lalu ku pun punya suatu ide, untuk membeli satu burung lagi...
agar si anak kutilang mempunyai kasih sayang dari sesama burung....
dan.........................
hap..semua pun terlaksana...
tapi di luar dugaan...si aanak bayi tidak mendapat perhatian yang baik...
kasian...
"wah....di pisah aja ni"
beberapa bulan (2bulan) kemudian
setiap pulang dari sekolah (SMA) si anak burung terbang dan menghampiri ku denga gayanya yang polos dan berteriak...
kutilang yang besar juga ndak mau kalah, membuuru penuh nafsu menyerang bertubi-tubi....
dan semua
berakhir ketika si kucing hitam datang menerkam....
tergeletak tak berdaya si anak kutilang dam kutilang besar tinggal kepala doank...
ku berteriak histeris dan mencabut pena dari saku....
dan berkata...
"hhhhhhhhhhaaaaaaaaah......................
sungguh tragis hidupmu kawan...
kawan kecil kau terdiam tak berdaya........
pandangi ku yang terisak melihat kepalamu....
awas si kucing....
lewat depan mata.....
clurit, linggis ma pacul melayang....!!"
sungguh tak berpri kehewanan...tega kamu kucing...
dan kucing....
kita masih melanjutkan perang dingin ini................
mata ku lebih tajam dari mata mu kucing !!
Subscribe to:
Posts (Atom)