Friday 29 October 2010

Hal yang harus hilang

Hal yang harus hilang dalam menjalani hidup ku adalah "hilang fill" (ilfil-red)

berlebihan?

Saya pikir tidak jika kawan-kawan menjadi saya. Secara umum memang dalam keseharian sangat tidak mau peduli dengan hal-hal membuat saya berang, jengkel dst.
Karena jika mempedulikan, akan sangat melelahkan, menguras banyak energi dan sangat tidak bermanfaat samasekali.

Namun ada hal yang begitu menusuk hingga ilfil terhadap sesuatu hal tersebut muncul. Parahnya lagi, akan sangat sulit mengembalikan keadaan semula. Karena begitu si ilfil keluar, pembuat ilfil sudah pasti terbunuh dari komunitas sosial ku.

Butuh waktu lama, hingga beberapa tahun untuk mengembalikan.
Dan hal itu tidak mudah, karena ku harus melawan jalan pikiran dan fill. Sedang mereka yang membuat ku mampu bertahan.

Save me God

Tuesday 26 October 2010

They said "pendemo goblok !!"


Dalam beberapa minggu terakhir saya mendapati kata-kata serupa kurang lebih hingga 6kali. Sedikit terkejut memang dengan penilain yang ada, namun segera saya berfikir tentang alur dan dasar berfikir mereka.



Beberapa kawan saja ajak berdiskusi tentang ini, dari yang berlatar blakang ex-organisator sampai pada akademisi murni. kami berdiskusi dari hal yang terkecil hingga samapi pada lahirnya penilaian yang mengejutkan itu, dan ternyata hal ini sudah lama merambah di masyarakat kampus dan kota. penilaian tentang masyarakat terhadap mahasiswa juga menuai imbas. Ada hal yang menarik disana yang merucut pada satu alasan.

"sbgian besar pendemo tidak tau apa-apa tentang isu yang di angkat"



em. , berarti tidak jauh beda dengan kambing dan kerbau ya. . .



ok...seperti ini, saya kira ada sebuah mis disini, komunikasi terputus. mereka tidak pernah berbincang berdiskusi tengan apa yang kami lakukan dijalanan, ditambah lagi dengan beberapa kelompok mahasiswa yang benar saja seperti yang dikatakan itu.

namun saya akhirnya menarik sebuah lesimpulan , bahwa hal ini nyata dimasyarakat, mereka menilai bersadar hal yang dilihat (kebenaran berdasar panca indra) ditambah tidak sedikit yang berargumen sama (kebenaran berdasar kepercayaan/ "katanya"). disini seharusnya stakeholder berevaluasi tentang apa yang harus dilakukan dan bicarakan.



berfikir positif dan berdasar pada sebuah argumen saya kira labih arif.



Pada dasarnya aksi (demo-red) adalah jalan terakhir, yang sebelum itu dilakukan ada sebuah rentetan proses yang harus ditempuh. Mulai dari negoisasi diplomasi, mediasi sampai aksi di gelar.



Tidak hanya itu saja, pengawalan isu yang di angkat dari awal sampai akhir merupakan esensi dari pejuang jalanan.



"Aksi adalah batu tapal dari pada perjuang mahasiswa Indonesia, batu tapal dalam revolusi Indonesia, dan batu tapal dalam sejarah Indonesia, karena yang di bela adalah kebenaran dan kejujuran bukan "kepentingan" .



Lalu, tanyakan seberapa independen organ yg berteriak dijalan. . ,

Jika dekat masih demi eksitensi organisasi dan "kepentingan" tikus, maka tidak ada bedanya dengan kambing . ,



"tidak ada aksi tanpa diskusi"



note ;

saya siap berdiskusi tentang ini

Sunday 24 October 2010

The little angel

judul yang tidak tahu bagaimana harus di mulai, hal ini keluar karena kekaguman ku pada seseorang. .

Ya. .dia adalah seorang perempuan muda. Cara berfikirnya tidak seperti kebanyakan perempuan pada usianya yang terkukung pada kisah cinta remaja.
Namun lebih pada kehidupan sosial, beragama dan politik.

Saya kagum atas itu smua, kecintaan kepada Tuhan membuat ku kembali pada masa lalu pada pencarian Tuhan.
Mengingatkan bgaimana dulu diri ini berproses dalam hidup.
Gaya bicara yang ringan, santai namun tidak mengabaikan esensi pesan yang di sampaikan akan membuat kawan-kawan menikmati lemparan topik diskusi.

Satu lagi, jika beberapa kawan lebih tertutup dalam pemikiran dan lebih cenderung mencari pembenaran, dia sperti roh dalam berdiskusi., terbuka dan arif dalam menerima pendapat. .

Teruslah sperti itu kawan. .
Kaulah manusia yang mengerti benar akan pluralisme dan memanusiakan manusia. . ,
entah sadar atau tidak

^^

Saturday 2 October 2010

Kehangatan itu bernama keluarga

sesaat malam itu ku membuka photo-photo kenangan pergerakan. Organisasi internal yang bersama kawan-kawan membangun dari nol. Jatuh dan bangun bersama, tertawa dan menangis bersama.

Setiap membuka photo-photo yg tidak bergerak itu, emosinal ku membludak seakan ingin kembali ke waktu itu. Ku merasakan kehangatan sebuah keluarga di sana, merasakan tiap denyut perjuangan.
Dari sesuatu yang sudah di anggap mati, hingga kembali menjadi organ yang di hormati.

Kerinduan ini slalu kan berulang, kerinduang kehangatan kebersamaan kawan.

Hem. .ku tidak dapat menjelaskan. . , bagaimana semua itu hanya menjadi sebuah kenangan. . .