Thursday, 19 January 2012

keterpurukan di lembah mandala waktu

Ketika malam menjelang pagi, matahari menutup diri untuk bermain.
Lalu tetesan-tetesan embun tetap menari di atas lembah tak berujung.
Catatan-catatan sejarah lapuk oleh bisikan harapan yang terhempas oleh ribuan angin yang tek peduli.
Inilah jaman, dimana kita berdiri tak berjabat dengan impian yang tertuju.
Mengikuti ritme, tempo, petikan, suara, hembusan, aliran yang membawa kita.

Duduk di bawah awan dengan angin menusuk tulang,
hujan akan segera turun, namun biarlah semua menjadi hilang,
terhapus oleh jejak air yang membawa seribu kata perpisahan.
Menjejaki liku jalan yang berakhir pada muara besar.

Bukankah akan menjadi biasa, bila semua menjadi penghargaan yang tidak lagi yang pertama
keberartian sudah bukan menjadi milik segelintir orang,
maka cahaya tidak akan mampu membakar daun yang kering.
Pohon tidak perlu takut untuk menjatuhkan daun-daun yang kering,
karena akan kembali pada tubuh yang kekar dan menghasilkan daun baru utnuk tumbuh.
Jika semua melalui proses yang di sebut putaran siklus.
Dan pesan abu kayu yang terbakar akan sampai pada seorang yang berabrti baginya.

Semua nampak mempesona,
semua nampak seperti pelangi
yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa berselancar di atasnya.
Hidup dalam imajainasi yang kosng, nampak seperti ilusi yang membawa puing cahaya.

Sadarkanlah
Bangunkanlah dari mimpi buruk yang berkepanjangan
Agar semua pintu-pintu yang terbuka terlihat
bukan meratapi pintu yang sudah tertutup

No comments: