Thursday, 21 May 2009
cermin pendidikan
pendidikan seharusnya bisa mengantarkan suatu bangsa pada tingkat kesejahteraan. Karna sesuai dengan tujuan pendidikan yang merubah sampai pada tataran perilaku (atitude).
Jika diliat dan dianalisis lebih mendalam, jumlah atau hasil dari sebuah pendidikan formal tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan orang tua untuk membiyayai anaknya.
ada yang sudah menghutng, berapa besar biaya yang sudah dukeluarkan hingga saudara seprti pada saat ini??
dari playgoup, TK, SD, SMP, SMA/SMK, PTN/PTS (S1, S2 dan S3)
berapa besar biaya???
setelah lulus.....
berapa penghasilan saudara??
pa yang saudara lakukan untuk tanggung jawab sosial saudara??
rata-rata setelah lulus dari SMA atau PT, produk yang di kelurkan adalah pengangguran baru atau mungkin bisa disebut sebagai penambah beban negara. dengan budaya gengsi, masyarakat kita telah menciptakan sekolah2 faforit, yang dengan biaya selangit mereka kan berucap "anak saya sekolah di SD X, SMP X, SMA X hingga sekolah islam (pondok) X.....
dengan produk2 buatan yang gagal pula.
di negri ini, siswa dituntut menguasai berbagai ilmu...dari ilmu putih sampai ilmu hitam
heee...jus kidding...
bukan..dari ilmu sosial sampai dengan ilmu exacta.
menguasai banyak tapi sedikit...dan itu semua siswa ..all student...
Dalam hukum ekologi berfikir saya..
disinalah, tidak ada sebuah keseimbangn.
tidak ada sebuah sistem yang saling membutuhkan di antara ahli (pakar)
solusi yang ditawarkan=>
seharusnya da sebuah korelasi atau sistem yang berjalan diantara ahli-ahli untuk menciptakan kesinergisan didalam sebuah sistem
analogi =>
kita samakan persepsi....di suatu negara X, masyarakat didik sudah dijuruskan dari SD, sampai dengan sarjana mereka sudah menjadi pakar dalam bidangnya masing2...
yang dimaksud kasinergisn didalam sistem adalah adanya suatu hubungan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dengan dikerjakan bersama
contoh...
tujuannya membuat mobil...
disana ada pakar lampu, pakar disainer, pakar mesin, pakar ban samapai dengan pakar bodi
ada sebuah ekologi sistem....
dari sinilah negara kita saya pikir tidak akan menjadi negara berkembang (negara miskin)
tapi sudah menjadi negara paling super maju
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 comments:
negeri ini memang negeri pecundang...
apakah hanya dari segi pendidikan..? ternyata tidak ! hampir disemua bidang negeri ini hanya berperan sebagai pecundang..
perbaikan yg dibutuhkan bukan hanya dari sistem.., tapi yg lebih penting adalah dari moral dan budaya !
sebagai negara terjajah selama 350 th telah menciptakan budaya di negeri ini untuk selalu menjadi manusia no.2..
stop-press..sdh kebayakan..(gak boleh banyak-kan coment-nya..he.he..)
satu lagi ia,,
selaen smua ilmu-ilmu yg disebutin tadi, masi ada lagi yg perlu dipelajari di seluruh bagian sekolah (ga cuma di bangku sekolah, di halaman, parkiran, kantin,sampe kamar mandi sekolah), yg ga tau jg skrg masi jadi prioritas apa engga, yaitu tentang "ilmu hidup"
tentang bagaimana "menulis" kebaikan, "membaca" tenggang rasa, "menghitung" tanggung jawab, dan sebagainya.
tgl pribadi yg dididik.......brp pun 'hrga' sekolah....tp yang dididik rusak, tetep ja rusak.....
mski sklh mrhan, tp kl yg dididik bkpribadian, hslnya tntu tdk mngecewakan.....
sekolah fav, pa lg pondok fav....bukan jaminan MUTU.........
Benar sekali.
Saya setuju dengan kamu, pendidikan Kita dari tahun ke tahun memprihatinkan.
kapitalisme yang sudah merambah bahkan sampai di dunia pendidikan membuat pendidikan itu sendiri menjadi suatu komoditas yang bagi produsennya mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dan bagi para konsumennya (wali siswa) mendapatkan prestise tanpa memikirkan bagaimana keinginan seorang anak dan apa yang menjadi ketertarikannya.
semoga ke depannya pendidikan di Indonesia tidak hanya menggembar-gemborkan berbagai inovasi kurikulum dan adaptasi kurikulum internasional, namun juga menghasilkan output yang bersinergi seperti tulisan di atas.
semoga.
dulu di usiamu kini, aku menolak untuk lulus sekolah. bukan karena aku bodoh/tidak mampu. tapi sebuah produk pendidikan industrialis kapitalis tentu hanya ditujukan demi kepentingan industrialis kapitalis juga. sistem nilai, notabene adalah standarisasi seleksi untuk keberlangsungan industri. tapi, berteriak di luar tidak akan membuat gema sebagaimana berbisik di dalam (sistem). mulailah belajar bekerja dalam "musuh", dengan tetap menjaga komitmen "moral". yang seperti itu yang aku anggap petarung sejati. yang bukan hanya melakukan onani intelektual, main wacana. petarung harus bergerak, bertindak, untuk melawan!
Post a Comment